Selasa, 17 Mei 2011

Sawah dan waduk Somalang

 Minggu kemarin aku pulang untuk nengok Orang tua,satu hari di sana aku jalan jalan di sebelah barat desa melihat hamparan sawah yang hijau, Terasa sejuk di hati melihat keadaan seperti itu di bandingkan di kota besar setiap hari yang ku lihat pemandangan Gedung,Rumah dan tumpukan sampah.
Udara pagi juga membuatku segar,ku berjalan ke arah waduk somalang dan kulihat air Bening berwarna Hijau.
dalam benakku kupikirkan jika air ini selalu ada baik musim hujan maupun kemarau.
mungkin warga desa pantirejo,khususnya dusun somalang tidak bersusah hati.
sayangnya pada musim kemarau wadk ini kering dan harus menunggu air mengalir dari Waduk kedung ombo itupun harus rebutan dengan masyarakat yang ada di atasnya.
di samping waduk sawah tampak hijau dan perkiraan satu bulan lagi Panen. perjuangan petani belum usai karena saat ini Hama Tikus dan wereng menyerang tanaman mereka, mereka harus berperang melawan hewan pemangsa tanaman itu.
kalau di negara yang konflik saat ini manusia saling bunuh untuk sesuap nasi dengan dalil alasan yang bermacam macam,tetapi di sini petani harus berperang dengan hewan untuk sesuap nasi.

Minggu, 08 Mei 2011

Potensi Petani Jangung

Jumat, 06 Mei 2011 pukul 14:46:00

TONGKOL JAGUNG GANTIKAN BENSIN, MENGAPA TIDAK?


Biobutanol dapat langsung menggantikan bensin tanpa perlu modifikasi mesin.

Sembilan mahasiswa Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB)—dalam tiga kelompok berbedamembuktikan ada banyak alternatif energi dari bumi Indonesia untuk menggantikan bahan bakar minyak (BBM). Tak semuanya butuh upaya baru.

Tinggal manfaatkan limbah yang selama ini ada, diolah men jadi biofuel yang bahkan tak butuh modifikasi mesin untuk menggunakannya. Salah satunya, biofuel berbahan baku tongkol jagung. Adalah tiga sekawan Eliza Bratadjaja, Michael Enoh Prasetya, dan Richard, mengolah dan merancang pabrik peng olahan tongkol jagung menjadi biobutanol. Karya mereka merupakan salah satu finalis Lomba Rancang Pabrik Tingkat Nasional (LRPTN) XII kategori energi yang berlangsung di kampus ITB.

Mereka bertiga merancang pabrik bernama PT Tiga Perkasa. Dalam pemikiran mereka, kebutuhan bahan bakar di Indonesia terus meroket, membutuhkan sumber energi terbarukan. Tongkol jagung mereka pilih dengan alasan sederhana. “Murah,” kata Eliza. Juga, tongkol jagung selama ini hanya menjadi limbah tak berguna. Menurut Eliza, harga tongkol jagung yang mereka dapatkan Rp 800 per kilogram.

Pabrik yang mereka rancang akan butuh pasokan bahan baku 1,2 juta ton tongkol jagung per tahun. Menurut mereka, angka ini tak akan jadi masalah karena produksi jagung nasional 12,5 juta ton per tahun. Dalam penelitian mereka, tong kol jagung ternyata memiliki biomassa yang cocok untuk proses gasifikasi. Lagi pula, pemrosesan tongkol jagung juga mendapatkan hasil samping selain biobutanol yang juga bernilai ekonomis. Hasil samping itu adalah metanol dengan kemurnian tinggi dan campuran etanol-propanol.

Namun, tiga sekawan ini sepa kat memproduksi biobutanol untuk menghasilkan bioetanol bukan tanpa alasan. Biobutanol tak bersifat korosif terhadap mesin kendaraan. Kandungan energi biobutanol juga lebih tinggi daripada bioetanol, yaitu 110 kBtu dibandingkan 78 kBtu. “Biobutanol juga dapat langsung menggantikan bensin tanpa perlu modifikasi mesin sama sekali,” papar Eliza.

Teknologi yang dipakai untuk mengolah tongkol jagung menjadi biobutanol, sebut Eliza, adalah thermochemical. Menu rut dia, teknologi yang mereka pakai memang bukan teknik fermentasi seperti jamaknya pembuatan biofuel. Dengan thermochemical, syngas dikonversi menjadi alkohol melalui reaksi FischerTrpsch. “Ini memang terbilang (teknologi) baru,” ujarnya.

Secara sederhana, proses pem buatan biobutanol dari tongkol jagung ini akan dimulai dengan penurunan kadar air menjadi sekitar lima persen. Setelah kering, tongkol jagung dipotong-potong sampai ukuran tertentu menggunakan cone crusher. Potongan tersebut lalu diolah menjadi gas, menggunakan gasifier.

Syngas hasil gasifikasi berupa gas sintesis yang mengandung karbon monoksida dan hidrogen dibersihkan dengan bantuan cyclone, tar reformer, water scrubber, serta MEA absorber. Cyclone berfungsi memisahkan syngas dengan pasir olivine dan char dari gasifier. Tar reformer berupa reaktor berkatalis digunakan untuk mengubah tar menjadi syngas. Water scrubber dan MEA absorber berfungsi menyingkirkan zat-zat yang bersifat asam dan dapat merusak peralatan. Syngas yang telah dibersihkan akan menjadi umpan untuk reaktor sintesis alkohol.

Jenis reaktor yang digunakan adalah fixed bed reactor dengan katalis Cu (tembaga), Mn (mangaan), Ni (nikel), atau ZrO2 (zirkonia). Produk dari reaktor ini akan berupa campuran alkohol, sisa syngas yang tidak bereaksi, dan alkana lain. Alkohol dari tahapan reaktor di atas akan dipisahkan dalam bentuk cair dengan bantuan flash drum.

Proses distalasi di flash drum menggunakan dua kolom yang akan menghasilkan metanol dan biobutanol dengan kemurnian tinggi pada kolom pertama. Kolom kedua distalasi akan menghasilkan campuran etanol, propanol, dan air.

Hasil yang didapat dari proses ini adalah biobutanol sebanyak 99,99 persen-mol (mol adalah satuan standar internasional untuk satuan zat), setara 16,5 ton per jam. Juga didapatkan metanol sebanyak 96,85 persen-mol, setara dengan 32,28 ton per jam. Hasil samping lain adalah etanol (48,66 persenmol), propanol (24,55 persenmol), dan air (20,5 persen-mol, setara 7,55 ton per jam). Tim ini yakin proses yang mereka ajukan punya nilai ekonomi tinggi. Karena hasil samping yang didapat pun punya nilai jual. Metanol, misalnya, akan dihargai Rp 2.000 per kilogram. Sementara biobutanol sebagai hasil utama, akan dihargai Rp 8.800 per kilogram.

Limbah dari produksi biobutanol ini akan berupa limbah pa -dat, cair, dan gas. Limbah padat berupa pasir olivine, partikulat, dan char. Limbah padat tersebut akan dipakai sebagai landfill, sementara abu sisa pembakaran akan dikirim ke PPLI untuk dijadikan batako, sedangkan katalis jenuh akan diregenerasi. Limbah cair berupa senyawa organik dan sulfur akan diolah di WWT, sedangkan limbah gas berupa CO2 (karbon dioksida) dari sistem flare akan dibuang.

Limbah gas berupa NH3 (gas amonia) dan H2S (hidrogen sulfida) diarahkan ke sistem scrubber dan absorber. Meski berbahan baku murah, total investasi yang dibutuhkan untuk biobutanol berbahan tongkol jagung ini ternyata mencapai Rp 800 miliar. Mereka merencanakan mendapat modal dari pinjaman bank dengan bunga 15 persen per tahun. Dengan asumsi hari kerja adalah 300 hari per tahun, usia pabrik mereka bisa mencapai 20 tahun dengan kapasitas produksi 120 ribu ton per tahun.

Dalam rancangan mereka, return on investment akan mencapai 19,2 persen dengan rate of return sebesar 28,23 persen dan payback periode berlangsung selama 3,5 tahun. Break event point (BEP) yang didapat adalah 12 persen. Michael me ngatakan keuntungan masih da pat bertambah dari ‘penjualan’ kredit karbon dari proses produksi. Tiga sekawan ini merancang lokasi yang tepat untuk pab -riknya adalah Bojonegoro, Jawa Timur, dengan pertimbangan ketersediaan bahan baku dan utilitas. mj29 ed: palupi annisa auliani

Sumber : Republika

Jumat, 06 Mei 2011

Desaku dari Atas

ini adalah Desa pantirejo kalau di lihat dari Google Map,hamparan sawah terlihat luas dan pastinya petani di sana mengangankan hasil bertani yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
tetapi impian itu sekarang tidak ada dari Bulan Oktober 2010 sampai saat ini setengah hamparan sawah tersebut menjadi seperti Danau atau bahan bisa di sebut Lautan.
Air yang menggenang tidak surut - surut sehingga petanipun tidak bisa bercocok tanam sebagai mana mestinya.
Dan sampai hari ini pun tidak ada Kegiatan dari pihak pihak yang menamakan dirinya Wakil rakyat pemimpin untuk memberikan pandangan alternatif atau apalah
apakah desaku akan tenggelam suatu saat nanti
Batas Barat desa ini ada Kali yang tembus ke bantaran kali juwan melewati Kali tanjang,kalau Banjir ini di sebabkan karen Kanaikan Air laut maka Kali tanjang pun akan Banjir, tetapi kali Tanjang boleh di bilang Kering, maka air yang Membanjiri Sawah Desa pantirejo adalah air yang tidak bisa turun ke Laut karena tertahan Erosi tanah di bantaran di sepanjang kali tanjang dan Juwana
Proyek pengerukan Kali Juwana yang di yakini dapat memperbaiki, hanya menjadi bahan Jualan kampaye para calon wakil rakyat,calon bupati setelah mereka jadi  OMONG KOSONG SEMUA, wahai Masyarakat Desa pantirejo apakah kalian akan diam melihat keadaan ini,apakah kalian tidak berfikir bagaimana kelak anak kalian keponakan kalian yang akan bisa hidup di sana,ataukah kalian akan pergi semua dari sana dan membiarkan kenangan  masa masa dulu tenggelam bersama sama.